Keblinger

Keblinger

KATEKESE EKARISTI DARI DOKUMEN GEREJA (1)

| Senin, 02 April 2012


by GK on Tuesday, March 6, 2012 at 8:16pm ·
diambil dari SACRAMENTUM CARITATIS (SAKRAMEN CINTA KASIH), Anjuran Apostolik Bapa Suci Benediktus XVI1.      Sakramen Cinta kasih, Ekaristi kudus, adalah karunia pemberian diri Yesus Kristus, yang mengungkapkan kepada kita, kasih Allah yang tak terbatas kepada setiap orang, laki-laki dan perempuan. Sakramen yang mengagumkan ini, menyatakan kasih yang “lebih besar” itu, yakni kasih yang mendorong Dia untuk “memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya” (Yoh 15:13). Yesus sungguh mengasihi mereka “sampai kepada kesudahannya” (Yoh 13:1). Dengan kata-kata itu Penginjil menampilkan tindak kerendahan hati Kristus yang luar biasa: sebelum wafat di salib bagi kita, Ia mengikatkan sehelai kain pada pinggang-Nya, dan membasuh kaki murid-murid-Nya. Dengan cara yang sama, dalam Sakramen Ekaristi, Yesus terus mengasihi kita “sampai pada kesudahannya” , bahkan menyerahkan tubuh dan darah-Nya kepada kita. Betapa besar rasa takjub para rasul menyaksikan apa yang dilakukan dan dikatakan Tuhan dalam Perjamuan Malam itu! Betapa besar pula rasa kagum yang ditimbulkan oleh misteri Ekaristi dalam hati kita!Santapan Kebenaran
2.      Dalam Sakramen Altar ini Tuhan menjumpai kita, manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Bdk,Kej 1:27), dan menjadi teman sepanjang perjalanan kita. Dalam sakramen ini, Tuhan sungguh menjadi makanan bagi kita, untuk memuaskan dahaga kita akan kebenaran dan kebebasan. Karena hanya kebenaran yang mampu membebaskan kita (bdk.Yoh 8:32), maka Kristus menjadi santapan kebenaran bagi kita. Dengan gambaran insani yang sederhana, Santo Agustinus menunjukkan dengan jelas bagaimana kita secara spontan merasa terharu, dan bukan karena terpaksa, apabila kita menjumpai sesuatu yang menarik dan kita inginkan. Sambil bertanya dalam hati, apa yang paling mengharukan kita, Uskup kudus ini berkata lebih lanjut, “Apakah yang paling didambakan oleh jiwa kita selain kebenaran?” Setiap orang dari kita memiliki kerinduan bawaan yang tidak dapat dipadamkan, terhadap kebenaran yang tertinggi dan definitif. Tuhan Yesus, “Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan” ( Yoh 14:6), menjawab dahaga kita, hati peziarah yang merindukan sumber kehidupan, hati yang mendambakan kebenaran. Yesus Kristus adalah kebenaran dalam wujud manusia, yang menarik dunia kepada diri-Nya. “Yesus adalah bintang pedoman untuk kebebasan manusia: tanpa Dia, kebebasan kehilangan fokusnya, karena tanpa pengetahuan tentang kebenaran, kebebasan kehilangan makna, asing, dan merosot menjadi sesuatu yang hampa. Bersama Dia, kebebasan menemukan jati dirinya.” Dalam Sakramen Ekaristi, Yesus secara khusus menunjukkan kepada kita kebenaran tentang cinta kasih yang merupakan hakikat Allah sendiri. Kebenaran injili inilah yang menantang setiap kita dan juga seluruh keberadaan kita. Karena alasan ini, Gereja, yang menemukan pusat hidupnya dalam Ekaristi, terus menerus berusaha memaklumkan kepada semua orang, baik atau tidak baik waktunya (bdk. 2 Tim 4:2) bahwa Allah adalah kasih. Sungguh, Kristus telah menjadi santapan kebenaran bagi kita; karena itu Gereja berpaling kepada setiap orang, laki-laki dan perempuan, untuk menyambut karunia Allah ini dengan bebas.
Untuk direnungkan (tambahan oleh admin):
  • Apakah kita sudah menyadari bahwa setiap kali kita merayakan Ekaristi, kita tidak hanya merayakan sebuah ritual belaka, namun merayakan cinta kasih Kristus yang “sampai pada kesudahannya”?
  • Apakah sejauh ini Ekaristi yang kusambut sudah menggerakkanku untuk berkorban?
  • Apakah Ekaristi sudah menjadi teman dalam perjalanan hidup saya? Apa yang mendasari saya menyambut Komuni? Karena kerinduan atau karena kewajiban semata?
  • Bagaimana saya selam ini memahami “kebebasan”? Apakah saya sudah menyerahkan kebebasan saya kepada Tuhan, sehingga Dia menjadi satu-satunya pedoman hidup saya?  ~IOJC (tu scis quia amo te)~

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 Bacaan Injil Harian